Senin, 23 Februari 2009

Fenomena dukun cilik

Keinginan warga untuk mendapatkan pengobatan ala dukun cilik Ponari di Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Jombang, Jawa Timur, semakin tak terbendung. Bahkan sekarang tidak ada lagi yang bisa menghalangi panitia dan warga setempat untuk memaksa Ponari berpraktik lagi.Kemarin, tempat praktik itu kembali dibuka. Hanya saja, ada peraturan baru yang diberlakukan panitia, yakni dengan membatasi pengunjung hingga 5.000 orang per hari. Tujuannya agar pengunjung yang datang lebih teratur. Namun, hal ini tidak mengurangi ’’beban’’ Ponari, bocah kelas III SD ini dari kungkungan kebebasan. Karena dia masih harus bekerja dari pagi hingga sore hari.’Iya, tempat itu buka. Saya sudah mendapatkan air dari Ponari," ungkap Ny Sarofah, pengunjung asal Pare, Kediri, Jatim.Pembagian kupon pengobatan Ponari kini dijual di Balai Desa Balongsari. Sejak pagi, halaman balai desa sudah dipenuhi warga. Begitu ada panitia yang menjual kupon, hanya dalam waktu singkat, ribuan kupon itu sudah habis terjual.Bahkan 5.000 lembar kupon untuk pengobatan hari Minggu pun telah ludes. Karena semakin diburu, harga kupon pun melonjak. Dari harga yang tertera sebesar Rp 2.000, pada praktiknya, kupon itu dijual seharga Rp 5.000 per lembar. Belum lagi, jika di tangan para calo, yang bisa seenaknya memainkan harga kupon sampai Rp 20 ribu.’’Saya beli kupon seharga Rp 5 ribu. Bagi saya tidak masalah, asalkan saya dapat kupon itu," ungkap Hariyanto, warga Kesamben, Jombang.Hanya, panitia dan warga tetap saja antipati terhadap wartawan. Di lokasi praktik, mereka benar-benar menjaga ketat pintu masuk dan keluar. Tujuannya agar tidak ada wartawan yang menyelinap masuk dan mengambil gambar.Termasuk di lokasi penjualan kupon. Ketika ada beberapa wartawan yang menanyai narasumber terkait harga kupon, sejumlah panitia langsung menghardik wartawan sekaligus meminta si narasumber menjauh.Karena situasi mengkhawatirkan, para wartawan pun memilih segera meninggalkan lokasi. Karena konsentrasi massa yang terlalu banyak dan tidak sebanding dengan penjagaan aparat.Kendati membuat pihak kepolisian waswas, tampaknya memang tidak mudah untuk ’’membebaskan" Ponari. Karena terlalu banyak orang yang memiliki kepentingan bisnis di balik polah lugu si bocah.Seperti yang telah ditegaskan oleh Kapolres Jombang AKBP Muhammat Khosim. Menurut Khosim, pihaknya beserta Muspida Jombang tidak bisa serta-merta melarang Ponari melakukan pengobatan. Gelombang massa pun terus berdatangan.Khosim tidak menampik, jika Ponari terus dibujuk oleh pihak-pihak yang berkepentingan agar praktik ini terus dibuka.’’Kami tidak bisa melarang Ponari berhenti mengobati. Sayangnya hal itu justru dimanfaatkan oleh sejumlah pihak yang memiliki kepentingan bisnis,’’ tegas Khosim.Menanggapi ulah panitia dan warga yang terkesan acuh dengan imbauan muspida, Khosim menegaskan bahwa pihaknya sudah berancang-ancang mengambil tindakan tegas. Karena jika praktik itu tetap dibuka, sangat mungkin akan jatuh korban jiwa lagi. Karena ditata seperti apa pun, desak-desakan di jalur pintu masuk tetap tidak bisa dihindari. Mengingat lokasi yang sempit dan saling berebut untuk maju.Jika sampai jatuh korban jiwa lagi, lanjut Khosim, pihaknya tak segan-segan menangkap panitia, keluarga, atau siapa pun yang bertanggung jawab terkait dibukanya tempat praktik itu.’’Jika memang sampai jatuh korban, siapa pun yang bertanggungjawab akan kita proses secara hukum," tegas Khosim. Sebelumnya memang ada empat warga yang tewas karena berdesak-desakan.Sementara itu permintaan agar praktik Ponari kembali dibuka tidak hanya muncul dari warga yang sejak beberapa hari antre di lokasi, tetapi juga datang dari gedung DPRD Jombang.’’Bagaimanapun, faktanya memang banyak warga yang berharap pengobatan Ponari, karena itu harus dibuka kembali. Dan menjadi tugas kita semua untuk memfasilitasi, termasuk Pemkab dan aparat,’’ ujar Ketua DPRD Jombang Abdul Halim Iskandar kemarin.Pihak Pemkab Jombang sendiri menyatakan memang ada kemungkinan praktik Ponari dapat dibuka kembali setelah ada kesepakatan dari semua pihak. Karena memang penutupannya juga dirumuskan bersama oleh sejumlah pihak termasuk orang tua Ponari sendiri.’’Mungkin dia memang diberi anugerah untuk menyembuhkan orang lain, jadi bisa saja dibuka kembali. Tapi kita harus koordinasi terlebih dahulu terkait hal ini, khususnya pada Pak Bupati,’’ lontar Wakil Bupati Jombang Widjono Soeparno. (Sumber Kaltim Post/doy/jif/yr/jpnn)
Artikel Terkait :